Sabtu, 14 November 2009
Jumat, 13 November 2009
MIRZA FUKKME HAMPIR MATI DI GANCET MONITOR
Sebelum masuk pada cerita saya akan menerangkan sesuatu tentang "gancet". Gancet adalah posisi dimana kedua kelamin pria dan wanita bertemu dan saling bergumul. Dan apabila kamu mendengar istilah "mati gancet" berarti itu adalah mati yang posisinya anu si masing-masing empunya sedang bertemu dan silaturahmi. Namun dalam kejadian ini tidak ada satu anu pun yang dilukai dan di lecehkan dalam pembuatan cerita.
selamat menikmati...
Malam itu kami baru datang dari jalan-jalan sehabis mengantar nyonya lola dan suz irene ke kostannya yang ada di Bukit Jarian. Kami pun memasuki gedung UNPAR jalan aceh yang sedang ada acara freedom and social justice. Sadar akan tanggung jawab membantu teman yang menjadi panitia, kami yang terdiri dari mirza fahmi si perjaka yang tangguh dan memiliki mobilitas tinggi seperti truk FUSO, lalu Grahito Handaru pria yang selalu galau karena lagu kasih tak sampai dari band PADI, dan saya sendiri si tampan (hahahahaha), memasuki auditorium untuk membantu orang-orang didalam siapa tahu mereka butuh bantuan.
Masuk ke auditorium nampaknya niat yang tadi menggebu-gebu saya rasakan mulai surut dan akhirnyapun saya lenjeh-lenjeh duduk di sofa yang berada tidak jauh dari panggung. Tidak lama kemudian dua orang tadi mengikuti saya yang sedang ngaso di sofa, mirza dengan quote yang khasnya "do me billy do mee" mulai datang dan memeluk saya dengan buas dan saru, lalu diikuti grahito.
Entah mengapa Mirza tiba-tiba pergi, padahal sebelumnya dia duduk di sofa sambil nonton band yang lagi "cek son" (bahasa tukang-tukang)dengan asyik mahsyuk. Ternyata Ari si aa sound, memanggil-manggil dia dari kejauhan minta bantuannya untuk mengangkat monitor buat sound system ke atas panggung, yaa cocoklah ya secara truk FUSO gituu.
Nah ini dia yang paling yahud. Dengan gagahnya ia mengangkat monitor itu, pada wajahnya tidak terlihat wajah-wajah keraguan. Happ dia ambil ancang-ancang ibarat banteng brengosan, tapi tiba-tiba... "anjrit anjrit alah alah alahhhhh lalalalalal" ia pun berteriak, badannya seketika hampir roboh,dan pinggulnya yang montok mirip pohon palm itu sudah miring-miring. Reflek langsung saya bantu dengan tenaga super (supermie kali). Ari pun terkekeh-kekeh melihat mirza yang sempoyongan karena digancet monitor. Orang mah gancetan sama cewek, lahh ini sama monitor..
Lalu entah mengapa saat saya googling tentang "gancet" yang muncul adalah gambar ini
mukenye abis digancet ya mbak???
selamat menikmati...
Malam itu kami baru datang dari jalan-jalan sehabis mengantar nyonya lola dan suz irene ke kostannya yang ada di Bukit Jarian. Kami pun memasuki gedung UNPAR jalan aceh yang sedang ada acara freedom and social justice. Sadar akan tanggung jawab membantu teman yang menjadi panitia, kami yang terdiri dari mirza fahmi si perjaka yang tangguh dan memiliki mobilitas tinggi seperti truk FUSO, lalu Grahito Handaru pria yang selalu galau karena lagu kasih tak sampai dari band PADI, dan saya sendiri si tampan (hahahahaha), memasuki auditorium untuk membantu orang-orang didalam siapa tahu mereka butuh bantuan.
Masuk ke auditorium nampaknya niat yang tadi menggebu-gebu saya rasakan mulai surut dan akhirnyapun saya lenjeh-lenjeh duduk di sofa yang berada tidak jauh dari panggung. Tidak lama kemudian dua orang tadi mengikuti saya yang sedang ngaso di sofa, mirza dengan quote yang khasnya "do me billy do mee" mulai datang dan memeluk saya dengan buas dan saru, lalu diikuti grahito.
Entah mengapa Mirza tiba-tiba pergi, padahal sebelumnya dia duduk di sofa sambil nonton band yang lagi "cek son" (bahasa tukang-tukang)dengan asyik mahsyuk. Ternyata Ari si aa sound, memanggil-manggil dia dari kejauhan minta bantuannya untuk mengangkat monitor buat sound system ke atas panggung, yaa cocoklah ya secara truk FUSO gituu.
Nah ini dia yang paling yahud. Dengan gagahnya ia mengangkat monitor itu, pada wajahnya tidak terlihat wajah-wajah keraguan. Happ dia ambil ancang-ancang ibarat banteng brengosan, tapi tiba-tiba... "anjrit anjrit alah alah alahhhhh lalalalalal" ia pun berteriak, badannya seketika hampir roboh,dan pinggulnya yang montok mirip pohon palm itu sudah miring-miring. Reflek langsung saya bantu dengan tenaga super (supermie kali). Ari pun terkekeh-kekeh melihat mirza yang sempoyongan karena digancet monitor. Orang mah gancetan sama cewek, lahh ini sama monitor..
Lalu entah mengapa saat saya googling tentang "gancet" yang muncul adalah gambar ini
mukenye abis digancet ya mbak???
Senin, 02 November 2009
Minggu, 01 November 2009
LATEST FRAME OF TODAY
1. pelatihan joomla yang seru abis cuma ber-6
2. gue kabur dari cewek gue gara-gara lupa nepatin janji (hahahaha maaf ya dear..)
3. MP mendadak jadi tempat kursus nyetir
4. mata irene renata yang busuk abis (hahahahahaha)
5. lalola easter yang naksir anak pendeta tapi bukan anak unpar (hmmm ya ya ya)
6. tetty marlina yang minta gue sering-sering posting biar aibnya dia turun kebawah
(TETTY OH TETTY)
7. diskusi KSKP dadakan bikin rontok badan
8. stoppress magang imparsial ngumpul lagi gara-gara di telfon rara
(giliran sama gue susah)
9. sering pulang malem, diliatin mulu sama hansip
10. gue kepikiran buat shalat lagi (THX GOD)
2. gue kabur dari cewek gue gara-gara lupa nepatin janji (hahahaha maaf ya dear..)
3. MP mendadak jadi tempat kursus nyetir
4. mata irene renata yang busuk abis (hahahahahaha)
5. lalola easter yang naksir anak pendeta tapi bukan anak unpar (hmmm ya ya ya)
6. tetty marlina yang minta gue sering-sering posting biar aibnya dia turun kebawah
(TETTY OH TETTY)
7. diskusi KSKP dadakan bikin rontok badan
8. stoppress magang imparsial ngumpul lagi gara-gara di telfon rara
(giliran sama gue susah)
9. sering pulang malem, diliatin mulu sama hansip
10. gue kepikiran buat shalat lagi (THX GOD)
Selasa, 27 Oktober 2009
TETTY OOH TETTY
thy marlina: hahha
thy marlina: eh, nilai gw gmn ya
Mochamad Ilham: bagus kok bagus
thy marlina: hhahah
Mochamad Ilham: gw kmrn bantu meriksa
thy marlina: kalo lo yg ngomong, entah gimana gw kayak ga yakin.
thy marlina: wahahahah
thy marlina: bohong bgt
Mochamad Ilham: ehh beneran
Mochamad Ilham: sebenernya nilai lo tuh E tet
thy marlina: semuanya ?
Mochamad Ilham: tapi gw checklist semua
thy marlina: ga enak feeling gw
Mochamad Ilham: jadi dapet A
thy marlina: sialan lo
Mochamad Ilham: hahahahahahhaa
Mochamad Ilham: ngga tet
Mochamad Ilham: bagus kok
Mochamad Ilham: suer
thy marlina: gw HITT 78 saja dong?
BUZZ!!!
Mochamad Ilham: ya lumayan laah
Mochamad Ilham: daripada gw udh ada yg E
thy marlina: lumayan apa?????????????????????
thy marlina: gw jg ada yg E
thy marlina: nyettt
Mochamad Ilham: satu biji
thy marlina: gw yg E yg tahun lalu, yg nilainya cuma 400 aja
thy marlina: eh, 40
Mochamad Ilham: HAHAHAHAHAHAHA
Mochamad Ilham: edan doong 400 dapet E
Mochamad Ilham: 36 dapet HKJKDN kali ya
Mochamad Ilham: hahahahaha
thy marlina: HKJKDN?
thy marlina: salah ketik bitch..
thy marlina: hhahha
ini temen gue yang dapet nilai 400
thy marlina: eh, nilai gw gmn ya
Mochamad Ilham: bagus kok bagus
thy marlina: hhahah
Mochamad Ilham: gw kmrn bantu meriksa
thy marlina: kalo lo yg ngomong, entah gimana gw kayak ga yakin.
thy marlina: wahahahah
thy marlina: bohong bgt
Mochamad Ilham: ehh beneran
Mochamad Ilham: sebenernya nilai lo tuh E tet
thy marlina: semuanya ?
Mochamad Ilham: tapi gw checklist semua
thy marlina: ga enak feeling gw
Mochamad Ilham: jadi dapet A
thy marlina: sialan lo
Mochamad Ilham: hahahahahahhaa
Mochamad Ilham: ngga tet
Mochamad Ilham: bagus kok
Mochamad Ilham: suer
thy marlina: gw HITT 78 saja dong?
BUZZ!!!
Mochamad Ilham: ya lumayan laah
Mochamad Ilham: daripada gw udh ada yg E
thy marlina: lumayan apa?????????????????????
thy marlina: gw jg ada yg E
thy marlina: nyettt
Mochamad Ilham: satu biji
thy marlina: gw yg E yg tahun lalu, yg nilainya cuma 400 aja
thy marlina: eh, 40
Mochamad Ilham: HAHAHAHAHAHAHA
Mochamad Ilham: edan doong 400 dapet E
Mochamad Ilham: 36 dapet HKJKDN kali ya
Mochamad Ilham: hahahahaha
thy marlina: HKJKDN?
thy marlina: salah ketik bitch..
thy marlina: hhahha
ini temen gue yang dapet nilai 400
Selasa, 13 Oktober 2009
CINTA BATIK???
FISIP UNPAR mendadak menjadi lautan coklat, bukan banjir lumpur bukan tertimbun tanah. Diantara kerumunan itu terlihat pamflet-pamflet bertuliskan “PAKE BATIK 021009”, sebuah “perintah tak langsung” untuk memakai batik yang ditujukan kepada warga kampus pada tanggal tersebut.Tanggal 02 Oktober 2009 ini UNESCO meresmikan batik sebagai warisan kebudayaan milik Indonesia dan pada tanggal tersebut dinyatakan sebagai hari batik nasional. Warga Indonesia pun merayakannya dengan memakai batik pada tanggal tersebut dan juga mereka tidak hanya merayakan itu, mereka juga beralasan dengan memakai batik maka rasa nasionalisme mereka menjadi timbul . Dalam hati saya bertanya, “Bagaimana dengan yang tidak punya batik? Apakah mereka dianggap tidak nasionalis?”
Pagi itu saya tengah berada di fakultas FISIP, sambil menekan-nekan tuts laptop mengetik sebuah naskah, saya memperhatikan keadaan sekitar saya yang pada saat itu hiruk pikuk, penuh canda tawa ditengah dinginnya pagi itu karena matahati yang masih malu-malu untuk keluar. Tidak seperti biasanya, mereka yang berada disekitar saya terlihat bangga akan pakaian yang mereka pakai, karena biasanya saat mereka memakai kaus sehari-hari, ekspresi mereka tidak sejumawa saat memakai batik. Sedikit-sedikit ada lirikan-lirikan aneh dari mereka terhadap teman mereka yang tidak memakai batik. Salah satunya terjadi pada saya yang saat itu hanya dibalut oleh sweater hitam andalan saya (akhir-akhir ini sih), tidak terlihat sedikitpun goresan-goresan canting batik disitu. Saya sengaja menutupi kaus batik yang saya pakai dari rumah, karena saya saat itu ingin mengetahui ekspresi mereka bila saya tidak melakukan hal yang sama seperti mereka. Kembali lagi pada obrolan. Saat itu ada saja yang bertanya pada saat saya berada di taman, “Pake batik ga?” “Enggak”, jawab saya lempeng. Lalu teman saya hanya terdiam, melihat saya dengan tatapan aneh dan melenggang pergi. Pertanyaan itu banyak yang mengulang-ulang, tiap teman yang saya temui di kampus selalu saja bertanya seperti itu. Akhirnya saya keluar dari taman, dan berjalan menuju teman “partner-in-good crime” saya yang sedang duduk tepat bersebrangan dengan tempat saya duduk tadi. Lalu saya bertanya pada teman saya itu kenapa dia juga tidak memakai batik, dan diapun menjawab, “Ah biarin males”. Penasaran dan sayapun bertanya lagi pendapat tentang hubungannya nasionalisme dan memakai batik. Ia pun menjawab, “Iya sih ada hubungannya dengan nasionalisme, kita kan lagi merayakan kegembiraan karena batik akhirnya diresmikan juga oleh UNESCO, tapi gak ngerti njis, kalo mau pake batik kenapa gak pas waktu di klaim sama Malaysia aja buat nunjukkin kepedulian kita terhadap budaya kita. Kalo gitu kesadaran kita dalam berbudaya dapat dikatakan kurang dan memakai batik terkesan maksa,” menurutnya. Terkesan maksa karena untuk memakai batikpun warga FISIP harus di suruh-suruh.
Teman yang satu lagi berpikir bahwa euphoria “batikistis” ini sebagai perwujudan “Nasionalisme Piala Asia” belaka dimana saat Tim Sepakbola Indonesia bermain melawan Tim Negara lain, ramai-ramai kita memakai kaus tim Indonesia, dan disaat pertandingan berakhir kaus itu masuk lemari lagi (atau malah dibuang). Term ini gemar dipakainya untuk para nasionalis musiman seperti IndonesiaUnite. “ Yang gue sayangin tuh kalo ada orang yang hari ini kecantol batik dan mengejek orang yang tak berbatik adalah orang yang doyan mengata-ngatai orang berbatik di hari biasa…” cerocosnya sambil garuk-garuk perut.
Berlanjut pada hal tersebut, batik adalah suatu warisan kebudayaan Indonesia, menjadi kebanggaan warga negara Indonesia dan warga FISIP salah satunya. Sayapun bertanya pada seorang teman saya yang menjadi panitia sebuah acara FISIP yang mewajibkan anggotanya untuk memakai batik pada hari itu. Alasannya ia memakai batik adalah karena untuk merayakan pengakuan batik dimata internasional. Mudah-mudahan saja bukan untuk berkompetisi dengan Malaysia yang notabene sebagai pengklaim batik indonesia sebagai budaya mereka. Mungkin bila terjadi demikian, bisa dikatakan bahwa niat kita sebagai warga Indonesia memakai batik adalah untuk mengejek Malaysia yang “kalah perang”.
Lalu pertanyaan yang selalu terbayang dalam pikiran saya adalah, “mungkinkah kita merasakan kemeriahan dan kebanggaan yang sama disaat kita memakai batik tanpa disuruh?”
Siang itu seorang kawan lewat sambil ia berkata:
“Yes gue pake batik, ihhh kok dia ga pake batik ya? Malah pake kemeja biru….”
Yah gitu lagi gitu lagi….
M. Ilham Pramadhan
Rabu, 19 Agustus 2009
CERITANYA MAU JALAN-JALAN NONTON MEW Part 1
Minggu pagi hari itu dalam lelapnya kenikmatan tidur, saya terbangun tiba-tiba karena handphone saya berbunyi keras sekali. Bunyinya memekakkan telinga hingga rasanya membuat jantung saya serasa mau copot karena kaget. Di handphone itu tertulis “akun.rain CALLING”, rupanya itu adalah telepon dari teman saya Raindra anak Jurusan Akuntansi UNPAR.
Saya sebenarnya telah lama mengenal dia, dia teman satu SMP saya. Tetapi akhirnya kami berjumpa lagi karena sebuah pertemuan di salah satu studio musik di Bandung. Kami bertemu pada sesi latihan bandnya Rain (panggilannya dia). Pada saat itu saya datang sebab bandnya yang bernama Autumn Ode sedang membutuhkan seorang drummer pengganti, karena Fuad sang drummer, tidak dapat ikut dalam sebuah event yang akan diisi oleh Autumn Ode beberapa pekan yang akan datang (dan ujung-ujungnya ga jadi, damn!) yaitu launching album sebuah band beraliran Trip-Hop asal Bandung, Everybody Loves Irene. Tanpa pikir panjang saya angkat telepon itu.
Saya: “Halo”
Rain:”Cong dimana?
Saya:”Iya ini mau berangkat” (padahal bohong, baru juga kebangun gara-gara teleponnya dia)
Rain:”Oh, ya udah”
Saya:”Sip!”
(Dan percakapan pun selesai)
ANJIS KESIANGAN DONG!
Teriak saya karena kaget.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 06.30, padahal saya ada janji sama Rain jam segituan buat jemput dia. Hari itu kami berdua mau pergi ke acara festival musik terbesar dan pertama di Indonesia yaitu JAVA ROCKIN’ LAND. Buru-buru saya memakai baju bertulisan Stockholm berwarna biru, dan celana jeans ketat andalan saya (padahal saya belum mandi,hahahaha), habis itu masuk ke kamar mandi dan gosok gigi lalu ambil air segayung buat cucI muka biar enggak keliatan caludih (kucel dalam bahasa sunda), setelah itu baru pakai sepatu. Tiba-tiba “GRRRUK” suara gesekan pintu dan lantai kamar orang tua saya yang khas itu terdengar di telinga. “mau kemana kamu?” Tanya Ibu saya yang baru buka pintu. “ Ahhh, Udah bangun duluan euy”, dalam hati saya berkata.
Rencananya saat itu saya mau pergi diam-diam ke Jakarta karena ibu saya tidak mengizinkan saya untuk pergi karena takut anaknya ini kena bom, seperti Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Awalnya saya juga takut, cuman kemarin baru nonton Densus 88 menang perang-perangan sama Om Noordin (yang katanya sih gitu) jadi berani pergi, ditambah lagi yang mau nge-bom rumahnya SBY udah ketangkep beberapa waktu lalu tambah aja saya berani buat pergi, kalau gak pergi sayang ticketnya juga sih, soalnya saya pergi kesana buat nonton band asal Denmark, MEW. “Mmmau ke rumah temen ma”, (pasang muka tanpa dosa padahal emang mau ke rumah temen tapi udah itu pergi ke Jakarta, hehehehe).
“Ah bohong kamu! Mau ke Jakarta ya?”, Tanya Ibu saya karena anaknya ketauan bohong karena ngomongnya gelagapan. “iya deng mau ke Jakarta ,hehehehe” (malu udah ketauan). “Si Keke ikut gak?” Tanya ibu saya tentang pacar saya yang mau pergi ke tempat yang sama. “Ikut ma, tapi bareng rombongan temennya”. Mendengar kabar itu, Ibu saya tidak komentar banyak, lalu ibu saya masuk kedalam kamar dan bertanya lagi. “Kamu ada uang berapa?”, sambil mencari dompetnya dikamar. “Ada lah ma”,Jawab saya ragu-ragu karena gak enak buat minta duit, apalagi duitnya buat main dan seneng-seneng. “Ada berapa?”, Tanya ibu lagi. “Yaudah ma, minta dua puluh ribu aja deh” (dan tau nya jajanan disana mahal-mahal saya baru inget pas udah sampai disana tapi karena gak enak sama ibu saya ya apa boleh buat).
Ibu saya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan. “Ini kalau ada kembalian balikin lagi ke mama ya!” Ibu berkata dengan wajah yang serius karena biasanya kalau saya dikasih uang lebih, kembaliannya suka gak ada kabar (hahahaha), (tulisan ini harus ditebelin biar inget terus). “Siap!”, dengan yakin saya jawab padahal ujung-ujungnya pasti duitnya habis. Segera setelah itu saya meluncur ke rumah Rain.
Sesampainya di rumah Rain, saya menunggu di depan halaman rumahnya. “In, udh di depan”, tulis saya dalam pesan singkat di handphone, Lalu dikirimlah pesan itu kepada Rain. Tiba-tiba ada sosok lelaki cungkring (Tinggi dan Kurus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) keluar dari rumah itu. Ternyata itu Rain. “Kalem cong!” dia berkata sambil memakai kain bandana hitam dikepalanya khas Arian13 yang vokalisnya band Seringai, padahal gak ada pantes-pantesnya dia pakai yang begituan, malah dia terlihat seperti pegawai proyek bangunan seperti tetangga sebelah rumah saya. Tak lama kemudian ia keluar rumah dengan memakai helm dan ransel di punggungnya. “Langsung ke si Fuad aja cong”, katanya. “oke”, jawab saya sambil menyalakan mesin motor dan tancap gas menuju rumah Fuad. Kami menuju rumah Fuad dengan maksud tujuan untuk nebeng mobilnya dia buat ke Jakarta, karena dia juga niatnya mau nonton acara yang sama.
Udara pagi itu dingin, tetapi tidak terlalu menusuk tulang. Gedebage saat itu sudah aktif karena waktu itu sudah menunjukkan jam nya ibu-ibu pergi ke pasar. Diperjalanan kami ngobrol-ngobrol tentang berita saya kecelakaan tabrakan dengan angkot, dua hari yang lalu.
“Itu maneh (kamu) tabrakan yang kemarin gimana?”,Tanya dia. “Ya gitu wee, gara-gara aing (saya) ngantuk” jawab saya sambil mengerem motor di perempatan Gedebage karena lampu stopan sedang merah. “Tapi aneh siah in, motor sayanya gak apa-apa in cuma lecet, justru si angkot bempernya penyok sama besi hiasan di bemper angkotnya mau patah. “Terus ngegantiinnya berapa?” Tanya Rain sambil memegang pegangan didekat jok motor, karena lampu stopan sudah hijau dan motor sudah waktunya maju lagi. “250 ribuan sih harusnya, Cuma ditawar jadi 200 ribu, itu udah semuanya beres termasuk besi yang patahnya itu”,jawab saya. Beberapa menit kemudian kami sudah sampai Rancabolang, dan obrolan pun masih berlanjut.
“Kemarin kata lanceuk urang (kakak saya) pas dia KKL (Kuliah Kerja Lapangan) temennya dia kesurupan siah cong”. “wanjir, ceritanya gimana?”,tanya saya penasaran. “Jadi itu ternyata gara-gara si jurig (hantu) yang ngerasukinnya bogoheun (naksir) sama temennya lanceuk urang itu. “Edan, parahlah tapi udah gak apa-apa kan sekarang?”, tanya saya lagi sambil membelokkan motor kearah jalan menuju rumah Fuad. “Udah, udah diusir sama kyai gitu”, jawab Rain sambil liat-liat kesana kemari.
Akhirnya kita sampai di rumah Fuad jam 07.05, tapi disana motor Riznan, teman kami yang janjinya datang jam 07.00 itu belum terlihat. “si inan belum datang euy”, kata saya. “Ah biasa si inan mah bos”,jawab Rain pendek sambil cengengesan benerin poni rambutnya yang katanya baru.
Di balik pintu pagar rumah Fuad, terlihat seorang lelaki paruh baya yang lebih tepatnya seorang bapak-bapak. Sosoknya berambut putih menandakan umurnya yang sudah tidak lagi muda, dan ia mengenakan kemeja coklat dan bercelana panjang blue jeans, perawakannya agak tinggi dan kurus, belakangan saya tau, bapak itu masih kerabat Fuad. Lelaki tersebut bertanya pada kami, “Mau ke Fuad ya?”. “iya om”, jawab Rain. “Sebentar ya”, lalu bapak itu memanggil Fuad. “Mas Fuad, mas, ini ada temennya nih!”. Tidak lama kemudian Fuad keluar, dan spontan ia bertanya pada kami. “Mana si Inan?” maksud dia Riznan. “Gatau, kirain udah duluan kesini”, jawab saya sambil memindahkan motor ke dekat tong sampah depan rumah Fuad. Lalu ia pun menjawab bahwa dari tadi juga ia belum melihat ada tanda-tanda si caplak sudah datang (panggilan akrab si inan).
Tukang kupat tahu pun melintas di hadapan kami pelan-pelan seolah memancing kami biar beli, lalu Fuad memanggilnya karena ia berniat untuk beli. “Mang, kupat tahu nya satu, eh kamu mau ga cong?”,Tanya Fuad. Tanpa ragu-ragu saya jawab karena belum sarapan,“Sok deh boleh”. “Yaudah mang jadi dua”, kata Fuad sambil memanggil gak tau kakaknya atau adiknya yang dipanggil buat ambil piring dua buah buat kupat tahu. Sambil nunggu tukang kupat tahu, kita lanjut ngobrol-ngobrol. “Si Inan dimana sih? Coba rada ditelepon fu”, (bahasanya anak jaman sekarang).
Lalu Ia menelpon saudara Riznan yang gak jelas lagi dimana. Setelah lima detik menunggu akhirnya telepon diangkat, dan ternyata si caplak baru bangun tidur. “Anjis baru bangun tidur lah!”,Fuad berkata. “wah baleg?” (wah yang bener?), Rain disitu agak bereaksi karena ia dan saya merasa ditipu oleh si inan. Akhirnya kita makan kupat tahu dan ujung-ujungnya kami ngomongin si Inan yang tidurnya susah dibangunin kayak orang mati.
Selesai makan kupat, Fuad bangkit dari tempat duduk, “cong, pinjem motor dong, mau beli pulsa dulu”. Setelah merogoh saku, saya kasih kunci itu ke Fuad. “Eh fu nitip beliin esia yang 5000 dong, ini duitnya, nomernya udah tau belum?” Tanya saya. “Nih udah ada”,jawab Fuad dan ia pun pergi menuju tukang pulsa sambil mengendarai motor saya.
Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya lagi, tapi beda dengan yang sebelumnya. Ia mengenakan Polo Shirt warna hitam dan rambutnya yang tipis beruban. Ternyata itu Om Basuki, bapaknya Fuad. “Kalian mau ke Java Rockin’ Land, emang ada apa aja disana?”,Tanya bapaknya Fuad. “Ada band-band gitu om, tapi kesana niatnya mau nonton band asal Denmark gitu, namanya MEW”. “oo, itu om pinjem dong yang dikepala kamu”, kata si om. Ternyata si om mau pinjem bandana item punyanya si Rain. “Nih om”, lalu dipakailah bandana itu dikepala si om. “Bagus ga om pake ini?”,Tanya si om sambil bergaya di depan si Rain. “Wesss, udah kaya rocker om”,jawab rain dengan antusias, dan saya pun menahan tawa karena si om pake bandananya malah kaya iket kepala orang baduy. Lalu bandana itu dikembalikan lagi ke Rain.
Waktu menunjukkan pukul 08.25 dan si inan belum juga datang. Fuad yang baru kembali dari tukang pulsa, datang tanpa bawa motor. “Fu, motor mana?” Tanya saya bingung. “Itu udah di rumah sana”, sambil menunjuk kearah rumah satu lagi yang sedang di renovasi. “oo, kirain kemana” jawab saya dengan perasaan lega.
Sambil menunggu si Inan, kita naik ke mobil sambil beres-beres isi dalam mobil. “jadinya yang ikut mobil siapa aja fu?”, Tanya saya. “jadinya si Nando, Shendy, sama si Dendy terus ditambah kalian”, jawabnya. Tidak lama kemudian Si inan datang naik motor Honda Beat sambil cengengesan. “Anjir aing ketiduran lah”, kata si Inan sambil buka helm, dan memarkir motornya di sebelah mobil Innova nya fuad. Lalu dia naik mobil dan duduk di sebelah saya. “Aing didepan ah!” kata si Rain sambil keluar mobil dan membuka pintu depan.
Tiba-tiba Si Om memanggil Riznan. “Nan, Motornya om pinjem ya, mau cukur rambut”. Lalu Fuad menjawab sambil teriak. “Apaan yang mau dicukur, botak gitu!”, Tertawalah seisi mobil itu.
Setelah itu kami bergegas pergi untuk menjemput Nando di STSI.
BERSAMBUNG KE PART.2
Saya sebenarnya telah lama mengenal dia, dia teman satu SMP saya. Tetapi akhirnya kami berjumpa lagi karena sebuah pertemuan di salah satu studio musik di Bandung. Kami bertemu pada sesi latihan bandnya Rain (panggilannya dia). Pada saat itu saya datang sebab bandnya yang bernama Autumn Ode sedang membutuhkan seorang drummer pengganti, karena Fuad sang drummer, tidak dapat ikut dalam sebuah event yang akan diisi oleh Autumn Ode beberapa pekan yang akan datang (dan ujung-ujungnya ga jadi, damn!) yaitu launching album sebuah band beraliran Trip-Hop asal Bandung, Everybody Loves Irene. Tanpa pikir panjang saya angkat telepon itu.
Saya: “Halo”
Rain:”Cong dimana?
Saya:”Iya ini mau berangkat” (padahal bohong, baru juga kebangun gara-gara teleponnya dia)
Rain:”Oh, ya udah”
Saya:”Sip!”
(Dan percakapan pun selesai)
ANJIS KESIANGAN DONG!
Teriak saya karena kaget.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 06.30, padahal saya ada janji sama Rain jam segituan buat jemput dia. Hari itu kami berdua mau pergi ke acara festival musik terbesar dan pertama di Indonesia yaitu JAVA ROCKIN’ LAND. Buru-buru saya memakai baju bertulisan Stockholm berwarna biru, dan celana jeans ketat andalan saya (padahal saya belum mandi,hahahaha), habis itu masuk ke kamar mandi dan gosok gigi lalu ambil air segayung buat cucI muka biar enggak keliatan caludih (kucel dalam bahasa sunda), setelah itu baru pakai sepatu. Tiba-tiba “GRRRUK” suara gesekan pintu dan lantai kamar orang tua saya yang khas itu terdengar di telinga. “mau kemana kamu?” Tanya Ibu saya yang baru buka pintu. “ Ahhh, Udah bangun duluan euy”, dalam hati saya berkata.
Rencananya saat itu saya mau pergi diam-diam ke Jakarta karena ibu saya tidak mengizinkan saya untuk pergi karena takut anaknya ini kena bom, seperti Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Awalnya saya juga takut, cuman kemarin baru nonton Densus 88 menang perang-perangan sama Om Noordin (yang katanya sih gitu) jadi berani pergi, ditambah lagi yang mau nge-bom rumahnya SBY udah ketangkep beberapa waktu lalu tambah aja saya berani buat pergi, kalau gak pergi sayang ticketnya juga sih, soalnya saya pergi kesana buat nonton band asal Denmark, MEW. “Mmmau ke rumah temen ma”, (pasang muka tanpa dosa padahal emang mau ke rumah temen tapi udah itu pergi ke Jakarta, hehehehe).
“Ah bohong kamu! Mau ke Jakarta ya?”, Tanya Ibu saya karena anaknya ketauan bohong karena ngomongnya gelagapan. “iya deng mau ke Jakarta ,hehehehe” (malu udah ketauan). “Si Keke ikut gak?” Tanya ibu saya tentang pacar saya yang mau pergi ke tempat yang sama. “Ikut ma, tapi bareng rombongan temennya”. Mendengar kabar itu, Ibu saya tidak komentar banyak, lalu ibu saya masuk kedalam kamar dan bertanya lagi. “Kamu ada uang berapa?”, sambil mencari dompetnya dikamar. “Ada lah ma”,Jawab saya ragu-ragu karena gak enak buat minta duit, apalagi duitnya buat main dan seneng-seneng. “Ada berapa?”, Tanya ibu lagi. “Yaudah ma, minta dua puluh ribu aja deh” (dan tau nya jajanan disana mahal-mahal saya baru inget pas udah sampai disana tapi karena gak enak sama ibu saya ya apa boleh buat).
Ibu saya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan. “Ini kalau ada kembalian balikin lagi ke mama ya!” Ibu berkata dengan wajah yang serius karena biasanya kalau saya dikasih uang lebih, kembaliannya suka gak ada kabar (hahahaha), (tulisan ini harus ditebelin biar inget terus). “Siap!”, dengan yakin saya jawab padahal ujung-ujungnya pasti duitnya habis. Segera setelah itu saya meluncur ke rumah Rain.
Sesampainya di rumah Rain, saya menunggu di depan halaman rumahnya. “In, udh di depan”, tulis saya dalam pesan singkat di handphone, Lalu dikirimlah pesan itu kepada Rain. Tiba-tiba ada sosok lelaki cungkring (Tinggi dan Kurus, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) keluar dari rumah itu. Ternyata itu Rain. “Kalem cong!” dia berkata sambil memakai kain bandana hitam dikepalanya khas Arian13 yang vokalisnya band Seringai, padahal gak ada pantes-pantesnya dia pakai yang begituan, malah dia terlihat seperti pegawai proyek bangunan seperti tetangga sebelah rumah saya. Tak lama kemudian ia keluar rumah dengan memakai helm dan ransel di punggungnya. “Langsung ke si Fuad aja cong”, katanya. “oke”, jawab saya sambil menyalakan mesin motor dan tancap gas menuju rumah Fuad. Kami menuju rumah Fuad dengan maksud tujuan untuk nebeng mobilnya dia buat ke Jakarta, karena dia juga niatnya mau nonton acara yang sama.
Udara pagi itu dingin, tetapi tidak terlalu menusuk tulang. Gedebage saat itu sudah aktif karena waktu itu sudah menunjukkan jam nya ibu-ibu pergi ke pasar. Diperjalanan kami ngobrol-ngobrol tentang berita saya kecelakaan tabrakan dengan angkot, dua hari yang lalu.
“Itu maneh (kamu) tabrakan yang kemarin gimana?”,Tanya dia. “Ya gitu wee, gara-gara aing (saya) ngantuk” jawab saya sambil mengerem motor di perempatan Gedebage karena lampu stopan sedang merah. “Tapi aneh siah in, motor sayanya gak apa-apa in cuma lecet, justru si angkot bempernya penyok sama besi hiasan di bemper angkotnya mau patah. “Terus ngegantiinnya berapa?” Tanya Rain sambil memegang pegangan didekat jok motor, karena lampu stopan sudah hijau dan motor sudah waktunya maju lagi. “250 ribuan sih harusnya, Cuma ditawar jadi 200 ribu, itu udah semuanya beres termasuk besi yang patahnya itu”,jawab saya. Beberapa menit kemudian kami sudah sampai Rancabolang, dan obrolan pun masih berlanjut.
“Kemarin kata lanceuk urang (kakak saya) pas dia KKL (Kuliah Kerja Lapangan) temennya dia kesurupan siah cong”. “wanjir, ceritanya gimana?”,tanya saya penasaran. “Jadi itu ternyata gara-gara si jurig (hantu) yang ngerasukinnya bogoheun (naksir) sama temennya lanceuk urang itu. “Edan, parahlah tapi udah gak apa-apa kan sekarang?”, tanya saya lagi sambil membelokkan motor kearah jalan menuju rumah Fuad. “Udah, udah diusir sama kyai gitu”, jawab Rain sambil liat-liat kesana kemari.
Akhirnya kita sampai di rumah Fuad jam 07.05, tapi disana motor Riznan, teman kami yang janjinya datang jam 07.00 itu belum terlihat. “si inan belum datang euy”, kata saya. “Ah biasa si inan mah bos”,jawab Rain pendek sambil cengengesan benerin poni rambutnya yang katanya baru.
Di balik pintu pagar rumah Fuad, terlihat seorang lelaki paruh baya yang lebih tepatnya seorang bapak-bapak. Sosoknya berambut putih menandakan umurnya yang sudah tidak lagi muda, dan ia mengenakan kemeja coklat dan bercelana panjang blue jeans, perawakannya agak tinggi dan kurus, belakangan saya tau, bapak itu masih kerabat Fuad. Lelaki tersebut bertanya pada kami, “Mau ke Fuad ya?”. “iya om”, jawab Rain. “Sebentar ya”, lalu bapak itu memanggil Fuad. “Mas Fuad, mas, ini ada temennya nih!”. Tidak lama kemudian Fuad keluar, dan spontan ia bertanya pada kami. “Mana si Inan?” maksud dia Riznan. “Gatau, kirain udah duluan kesini”, jawab saya sambil memindahkan motor ke dekat tong sampah depan rumah Fuad. Lalu ia pun menjawab bahwa dari tadi juga ia belum melihat ada tanda-tanda si caplak sudah datang (panggilan akrab si inan).
Tukang kupat tahu pun melintas di hadapan kami pelan-pelan seolah memancing kami biar beli, lalu Fuad memanggilnya karena ia berniat untuk beli. “Mang, kupat tahu nya satu, eh kamu mau ga cong?”,Tanya Fuad. Tanpa ragu-ragu saya jawab karena belum sarapan,“Sok deh boleh”. “Yaudah mang jadi dua”, kata Fuad sambil memanggil gak tau kakaknya atau adiknya yang dipanggil buat ambil piring dua buah buat kupat tahu. Sambil nunggu tukang kupat tahu, kita lanjut ngobrol-ngobrol. “Si Inan dimana sih? Coba rada ditelepon fu”, (bahasanya anak jaman sekarang).
Lalu Ia menelpon saudara Riznan yang gak jelas lagi dimana. Setelah lima detik menunggu akhirnya telepon diangkat, dan ternyata si caplak baru bangun tidur. “Anjis baru bangun tidur lah!”,Fuad berkata. “wah baleg?” (wah yang bener?), Rain disitu agak bereaksi karena ia dan saya merasa ditipu oleh si inan. Akhirnya kita makan kupat tahu dan ujung-ujungnya kami ngomongin si Inan yang tidurnya susah dibangunin kayak orang mati.
Selesai makan kupat, Fuad bangkit dari tempat duduk, “cong, pinjem motor dong, mau beli pulsa dulu”. Setelah merogoh saku, saya kasih kunci itu ke Fuad. “Eh fu nitip beliin esia yang 5000 dong, ini duitnya, nomernya udah tau belum?” Tanya saya. “Nih udah ada”,jawab Fuad dan ia pun pergi menuju tukang pulsa sambil mengendarai motor saya.
Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya lagi, tapi beda dengan yang sebelumnya. Ia mengenakan Polo Shirt warna hitam dan rambutnya yang tipis beruban. Ternyata itu Om Basuki, bapaknya Fuad. “Kalian mau ke Java Rockin’ Land, emang ada apa aja disana?”,Tanya bapaknya Fuad. “Ada band-band gitu om, tapi kesana niatnya mau nonton band asal Denmark gitu, namanya MEW”. “oo, itu om pinjem dong yang dikepala kamu”, kata si om. Ternyata si om mau pinjem bandana item punyanya si Rain. “Nih om”, lalu dipakailah bandana itu dikepala si om. “Bagus ga om pake ini?”,Tanya si om sambil bergaya di depan si Rain. “Wesss, udah kaya rocker om”,jawab rain dengan antusias, dan saya pun menahan tawa karena si om pake bandananya malah kaya iket kepala orang baduy. Lalu bandana itu dikembalikan lagi ke Rain.
Waktu menunjukkan pukul 08.25 dan si inan belum juga datang. Fuad yang baru kembali dari tukang pulsa, datang tanpa bawa motor. “Fu, motor mana?” Tanya saya bingung. “Itu udah di rumah sana”, sambil menunjuk kearah rumah satu lagi yang sedang di renovasi. “oo, kirain kemana” jawab saya dengan perasaan lega.
Sambil menunggu si Inan, kita naik ke mobil sambil beres-beres isi dalam mobil. “jadinya yang ikut mobil siapa aja fu?”, Tanya saya. “jadinya si Nando, Shendy, sama si Dendy terus ditambah kalian”, jawabnya. Tidak lama kemudian Si inan datang naik motor Honda Beat sambil cengengesan. “Anjir aing ketiduran lah”, kata si Inan sambil buka helm, dan memarkir motornya di sebelah mobil Innova nya fuad. Lalu dia naik mobil dan duduk di sebelah saya. “Aing didepan ah!” kata si Rain sambil keluar mobil dan membuka pintu depan.
Tiba-tiba Si Om memanggil Riznan. “Nan, Motornya om pinjem ya, mau cukur rambut”. Lalu Fuad menjawab sambil teriak. “Apaan yang mau dicukur, botak gitu!”, Tertawalah seisi mobil itu.
Setelah itu kami bergegas pergi untuk menjemput Nando di STSI.
BERSAMBUNG KE PART.2
Sabtu, 25 Juli 2009
Latest Frame of Today
1. Sakit kepala yang nggak sembuh-sembuh
2. Kunci motor di umpetin tapi makasih Bimo saya dikasih pelajaran
3. Bersiap untuk ujian akhir semester pengantar akuntansi
4. Saskia yang menjadi diluar nalar
5. Saya cinta Keshan Apriliyanthy
6. Bramantya Basuki akhirnya S.ip
7. Berencana untuk karaokean dengan teman-teman
8. Jim keady educating for justice bakal dateng ke kampus 28 july 2009
2. Kunci motor di umpetin tapi makasih Bimo saya dikasih pelajaran
3. Bersiap untuk ujian akhir semester pengantar akuntansi
4. Saskia yang menjadi diluar nalar
5. Saya cinta Keshan Apriliyanthy
6. Bramantya Basuki akhirnya S.ip
7. Berencana untuk karaokean dengan teman-teman
8. Jim keady educating for justice bakal dateng ke kampus 28 july 2009
PERTANYAAN UNTUK FEDERALISME
Sebenarnya apakah yang ditakutkan dari sistem federalisme bila diterapkan di indonesia?
bukankah hal tersebut mempermudah kerja dari pemerintah daerah dan juga memandirikan masyarakat indonesia?
bukankah hal tersebut mempermudah kerja dari pemerintah daerah dan juga memandirikan masyarakat indonesia?
JANGAN BIARKAN DIRIMU MERASA FINAL
Keadaan dimana semua kebutuhan telah terpenuhi bukan berarti kita merasa puas akan yang keadaan itu.
Namun lakukanlah apa yang kalian inginkan dengan rasa cinta kasih ditengah ketidakpedulian karena terpenuhinya segala yang diinginkan.
Biarkanlah diri kita dalam kondisi yang krisis karena kondisi krisislah yang memacu kita untuk berpacu melawan krisis tersebut.
Karena hidup ini adalah perlawanan terhadap finalitas.
Namun lakukanlah apa yang kalian inginkan dengan rasa cinta kasih ditengah ketidakpedulian karena terpenuhinya segala yang diinginkan.
Biarkanlah diri kita dalam kondisi yang krisis karena kondisi krisislah yang memacu kita untuk berpacu melawan krisis tersebut.
Karena hidup ini adalah perlawanan terhadap finalitas.
Selasa, 23 Juni 2009
Cinta Ibu Pada Anak, Selamanya Tidak Akan Pernah Pudar
Alkisah seorang anak yang terlihat sedang asyik dengan kesibukannya yaitu menulis daftar hutang sang ibu terhadap dirinya.
HUTANG IBU
minta dipijitin = Rp.5000
minta anter ke kantor = Rp.10.000
mama minjem duit = Rp. 50.000
duit jajan pake uang sendiri dulu = Rp.30.000
jumlah =Rp. 95.000
Lalu diserahkanlah daftar tersebut kepada ibunya.
"ma, ini daftar hutang mama yang kemarin."
Sang Ibu hanya tersenyum. Diambillah kertas tersebut dan Sang Ibu pun ikut menulis dibalik kertas tersebut.
HUTANG KAMU SAMA IBU
makanan buat kamu = Rp. 25rb/hari
susu buat kamu = Total Rp. 500rb
beliin kamu mainan = Total Rp. 1 jt
jajan kamu = Rp. 20rb/hari
jumlah = LUNAS
Lalu dibacalah kertas tersebut oleh Sang Anak dengan rasa penasaran.
Tiba-tiba tanpa disadari air matanya turun tidak tertahan membasahi kertas tersebut, ia memeluk ibunya sambil menangis dan meminta maaf kepada ibunya
BAGAIMANA PUN JUGA
CINTA IBU PADA ANAK, SELAMANYA TIDAK AKAN PERNAH PUDAR...
HUTANG IBU
minta dipijitin = Rp.5000
minta anter ke kantor = Rp.10.000
mama minjem duit = Rp. 50.000
duit jajan pake uang sendiri dulu = Rp.30.000
jumlah =Rp. 95.000
Lalu diserahkanlah daftar tersebut kepada ibunya.
"ma, ini daftar hutang mama yang kemarin."
Sang Ibu hanya tersenyum. Diambillah kertas tersebut dan Sang Ibu pun ikut menulis dibalik kertas tersebut.
HUTANG KAMU SAMA IBU
makanan buat kamu = Rp. 25rb/hari
susu buat kamu = Total Rp. 500rb
beliin kamu mainan = Total Rp. 1 jt
jajan kamu = Rp. 20rb/hari
jumlah = LUNAS
Lalu dibacalah kertas tersebut oleh Sang Anak dengan rasa penasaran.
Tiba-tiba tanpa disadari air matanya turun tidak tertahan membasahi kertas tersebut, ia memeluk ibunya sambil menangis dan meminta maaf kepada ibunya
BAGAIMANA PUN JUGA
CINTA IBU PADA ANAK, SELAMANYA TIDAK AKAN PERNAH PUDAR...
Langganan:
Postingan (Atom)